PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Sebelum Islam masuk di Indonesia
banyak kepercayaan masyarakat yang berupa dinamisme dan animisme. Setelah agama
Islam masuk di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan serta
pulau-pulau lainnya, kepercayaan tersebut dihapus dan diganti dengan ajaran
Islam yang menggunakan pendekatan yang arif dan bijaksana.
Islam masuk di Indoesia
ada yang berpendapat pada abad VII dan ada pula yang berpendapat pada abad
XIII. Namun, sebagian besar para pakar sejarah sependapat bahwa Islam di
Indonesia pada abad VII.
Islam merupakan agama yang
secara perlahan dan serentak dapat merubah pikiran masyarakat Indonesia yang
asalnya menganut paham dinamisme dan animisme. Islam berkembang secara pesat di
Indonesia dengan adanya kerajaan-kerajaan
Islam yang pernah berjaya di Indonesia .
Islam masuk di Indonesia
pertama kali di Sumatera (Aceh) yaitu serambi Makkah. Kemudian menyebar ke
berbagai wilayah, seperti Kalimantan , Jawa,
Sulewasi, dan Maluku. Khususnya di Jawa Demak sangat mendukung perkembangan
Islam pada Pangeran Tumenggung di Kalimantan.
Permasalahan
1)
Bagaimana
proses awal masuknya Islam di Indonesia?
2)
Bagaimana
cara Islam masuk ke Indonesia ?
3)
Bagaimanakah
perkembangan Islam diberbagai wilayah Indonesia
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Maluku?
4)
Apa
saja peranan umat Islam di Indonesia?
Tujuan
Dalam
pembuatan makalah ini, adapun tujuan-tujuannya yaitu: agar memudahkan kita
sebagai penyusun maupun pembaca memahami materi-materi yang menyangkut tentang
hal-hal yang ada dalam karya ilmiah ini. Mempermudah bagi semua khusunya kami
dalam pembelajaran materi-materi ini.
Metode
Dalam Makalah ini, kami
sebagai penyusun menggunakan metode observasi dan pembrowsingan yang menyangkut
hal-hal di dalam makalah ini.
Kegunaan
Kami sebagai penyusun
mengharapkan makalah ini dapat menjadi sebuah subjek materi pembelajaran yang
dapat mempermudah para siswa khususnya kami sebagai penyusun, untuk memahami
materi-materi yang sesuai dengan pembahasan makalah.
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Awal masuknya Islam di
Indonesia
Ketika
Islam datang ke Indonesia ,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Buddha.
Sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia
bahkan dibeberapa wilayah Indonesia
telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha.
Tentang
datangnya Islam di Indonesia, menurut kesimpulan seminar “masuknya Islam di
Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke-7 masehi. Menurut sumber lainnya menyebutkan
bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin
(masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan dan
Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung melalui Madinah.
Adanya
perbedaan pendapat tentang Islam masuk di Indonesia apakah abad ke-7 atau ke-13
M tidaklah menjadi soal yang berarti, melainkan yang terpenting adalah Islam
bisa diterima dan dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia.
Kemudian
siapa yang membawa agama Islam ke Indonesia . Ada
beberapa pendapat tentang siapa yang membawa Islam ke Indonesia ,
antara lain:
1.
Menurut
Thomas W. Arnold, bahwa Islam masuk di Indonesia dibawa oleh orang-orang
Arab. Sebagai buktinya adalah pada abad ke-7 di pantai Barat Sumatera telah
ditemukan perkampungan orang-orang Arab. Disamping itu, juga ditemukan kuburan
orang Islam di Boros (letaknya antara Aceh dan Tapanuli).
2.
Menurut
Snouck Hurgronye, Islam masuk di Indonesia
dibawa oleh orang India .
Ini dibuktikan dengan adanya batu nisan yang berada di makamnya Sultan Malik Al
Shalih yang wafat pada tahun 1297 M.
3.
Menurut
Husien Djayadiningrat, Islam masuk di Indonesia
dibawa oleh orang Persia .
Buktinya adalah adanya perubahan ejaan dari Arab ke Persia . Hal ini diperkuat oleh
Mucas bahwa kata Pasai berasal dari kata Persia .
Cara Masuknya Islam di Indonesia
1) Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan
perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi
social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).
2)
Pembentukan masyarakat Islam dari
tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum
birokrat (J.C. Van Leur).
3)
Gerakan Dakwah, melalui dua jalur
yaitu:
a. Ulama keliling menyebarkan agama
Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu
ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai
sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas
Islam sangat diminati dan cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian,
intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman Islam bervariasi menurut
kemampuan masyarakat dalam mencernanya.
Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih
intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah”
(persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya hubungan
“ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan
kemudian menjadi tulang punggung dalam melawan kolonial.
Perkembangan Islam di Berbagai Wilayah
Indonesia
Dengan adanya keimanan
kepada Allah swt pada diri umat Islam yang sudah ada sejak abad VII M, bangsa
Indonesia sudah mengenal adanya sistem kenegaraan, seperti adanya kerajaan
Majapahit, Mataram, dan kerajaan Islam lainnya di Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku menjadi modal utama untuk menghadapi musuh-musuhnya baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar. Perkembangan Islam di Indonesia:
1. Sumatera
dan sekitarnya
Masuknya Islam ke Indonesia
yang pertama kalinya di Sumatera Utara nampaknya sudah dianggap tepat dengan
adanya bukti dijadikannya Selat Malaka sebagai tempat transit dan lalu lintas
bagi para saudagar India yang akan menuju ke Cina, dank arena para saudagar
Arab, Persia, Gujarat kali pertama melakukan kegiatan perdagangan di
Bandar-bandar yang terletak didaerah pesisir utara.
Setelah pengikutnya banyak
dan raja-raja kecil sudah memeluk Islam, pengikut raja-raja tersebut masuk
Islam pula. Kuatnya persatuan dan kesatuan ini mendorong berdirinya kerajaan
Islam yang pertama kalinya di Indonesia yaitu pada tahun 1261 M di Lhokseumawe
Aceh Utara dengan rajanya yang bernama Merah Silu yang bergelar Al Malik Al
Shalih (Raja yang baik). Ia kemudian menikahi putrid dari Kerajaan Perlak yang
bernama Gangang Sari sehingga perpaduan antara kedua kerajaan tersebut
merupakan kekuatan yang besar dalam penyebaran Islam di Sumatera dan
daerah-daerah lainnya.
2. Jawa
dan sekitarnya
Islam masuk di tanah Jawa
berkat adanya rombongan Ulama yang dipelopori Syekh Maulana Malik Ibrahim atau
yang dikenal dengan sebutan Maulana Magribi. Pada saat mereka masuk di tanah
Jawa ini masih kuat dan banyaknya para penganut agama Buddha dan Hindu.
Sebagai karakteristik
Islam yang berupa antikekerasan, yang ditempuh para rombongan ulama ini dalam
menjalankan dakwahnya dengan kesopanan dan kesantunan sesuai asat masyarakat
setempat.
Lambat laun para ulama
yang disebut Wali Songo memasukkan ajaran Islam sedikit demi sedikit agar
masyrakat Jawa yang kuat dalam memeluk agama Hindu dan Buddha ini tidak merasa
aneh, kaget dan tersinggung atas agamanya yang akan disaingi bahkan digantikan
dengan agama Islam. Para Wali Songo adalah:
a.
Raden
Rahmat (Sunan Ampel) makamnya di Jawa Timur.
b.
Syekh
Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) makamnya di Gresik Jawa Timur.
c.
Syekh
Syarifuddin (Sunan Derajat) makamnya di Sedayu Gresik Jawa Timur.
d.
Syekh
Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri) makamnya di Bukit Giri Gresik Jawa Timur.
e.
Raden
Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) makamnya di Tuban Jawa Timur.
f.
Syekh
Ja’far Shadiq (Sunan Kudus) makamnya di Kudus Jawa Tengah.
g.
Raden
Umar Said (Sunan Muria) makamnya di Gunung Muria Kudus Jawa Tengah.
h.
Raden
Syahid (Sunan Kalijaga) makamnya di Kadilangu Demak Jawa Tengah.
i.
Syekh
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) makamnya di Cirebon Jawa Barat.
Wali Songo dalam
menyebarkan Islam semakin gigih dan menjadikan kota Demak sebagai pusat kegiatan mereka.
Dengan dukungan penuh dari Wali Songo terutama Sunan Ampel, Raden Fatah
ditugasi untuk mengajarkan agama Islam dan mendirikan pondon pesantren di
Glagah Wangi.
Adanya pengajaran agama
Islam dan pondok pesantren ini Demak semakin ramai dengan datangnya para
penuntu ilmu dari berbagai daerah lainnya. Tidak hanya sebagai pusat
pengembangan ilmu agama, Demak juga dijadikan pusat perdagangan.
Melihat semakin rapuhnya
kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Brawijaya V, sehingga runtuh dengan
bukti Candrasengkala (Sirno Ilang Kartaning Bumi, tahun 1477) maka berdirilah
kerajaan Demak dengan Candrasengkala (Geni mati Siniram Janmi; tahun 1478).
Dengan jatuhnya kerajaan
Majapahit diatas muncullah kerajaan Demak dengan raja-raja sebagai berikut:
a.
Raden
Fatah (Raja Demak I)
b.
Pati
Unus atau Pangeran Sebrang Lor (Raja Demak II)
c.
Raden
Trenggono (Raja Demak III)
3. Sulawesi
dan sekitarnya
Pada awalnya kerajaan di Sulawesi sebelum menjadi kerajaan Islam. Kerajaan yang
terbesar Gowa dan Tallo tempatnya berdekatan dan rukun seolah-olah sebagai
kerajaan kembar. Dengan dasar persatua tersebut kerajaan Gowa Tallo yang
istananya berada di Sumba Opu menjadi lebih kuat dan mampu menaklukkan daerah
Selayar, Bulukumba, Maraos, Mandar, dan Luwu pada tahun 1562-1565 yang dipimpin
raja Tumaparisi Kolama.
Penduduk Gowa Tallo pada
prinsipnya sudah banyak yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu, dengan
kiprahnya Dato Ribandang dan Dato Sulaemana penyebaran Islam semakin marak dan
pesat. Dan penyebaran Islam yang tanpa menimbulkan gejolak di Gowa Tallo ini.
Pada tanggal 22 September 1605, raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo dengan
ikhlas masuk Islam, kemudian bergelar Sultan Alaudin.
4. Kalimantan
dan sekitarnya
Daha pada saat itu diperintah oleh raja
Sukarama. Sepeninggalan kerajaan Daha diperintah oleh Pangeran Tumenggung. Dari
sinilah muncul suatu kemelut dalam keluarga karena yang sebenarnya menggantikan
tahta kerajaan adalah Pangeran Samudera (cucu raja Sukarama), bukan Pangeran
Tumenggung.
Pada awal kemelut antara Pangeran
Tumenggung dengan Pangeran Samudera tidak membawa pertengkaran sampai bertumpah
darah, melainkan Pangeran Samudera dinobatkan sebagai raja Banjar sendiri oleh
pengikut setianya yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin dan
Balitung.
Kemudian dengan tekad bahwa Pangeran
Samuderalah yang tetap berhak pada tahta kerajaan yang ditinggalkan kakeknya
(Maharaja Sukarama) maka ia meminta bantuan kepada kerajaan Demak, yaitu Sultan
Trenggono untuk menjatuhkan kerajaan Daha yang dipimpin Pangeran Tumenggung.
Permintaan permohonan ini tentunya
diikuti dengan perjanjian, yaitu apabila kerajaan Daha dapat dikalahkan maka
Pangeran Samudera beserta pengikutnya bersedia masuk Islam. Adanya perjanjian
tersebut Sultan Trenggono bersiap diri dan memberangkatkan pasukan muslim untuk
membantu Pangeran Samudera.
Dalam pertempuran tersebut (pada tahun
1550 M) akhirnya Pangeran Tumenggung dapat dikalahkan berkat bantuan pasukan
Demak. Dengan kemenangan tersebut, Pangeran Samudera beserta rakyatnya
menyatakan diri masuk Islam dengan gelar Sultan Suryamullah.
Islamisasi di Kalimantan tidak hanya di
Kalimantan Selatan saja, tetpi di Kalimantan Timur. Berkat datangnya dua ulama,
yaitu Datu Ribandang dan Tuanku Tunggang Parangan raja Kutai akhirnya masuk
Islam karena kalah dalam adu kesaktian dengan Tuanku Tunggang Parangan.
5. Maluku
dan sekitarnya
Islam masuk di Maluku
diperkirakan akhir abad XIV dan awal abad XV M, masuknya Islam diwilayah ini
dibawa oleh para mubalig dan pedagang dari Samudera Pasai, Malaka dan Jawa.
Di Maluku tampaknya ada
kaderisasi bagi yang sudah beragama Islam, mereka sukarela menuntut ilmu agama
Islam di berbagai pesantren di Jawa Timur. Sekembalinya dari pesantren mereka
melakukan penyebaran agama Islam di daerahnya masing-masing.
Raja-rajanya pun sudah
banyak yang memeluk Islam sehingga tidak perlu adanya peperangan yang cukup
berarti.
Perkembangan Islam di Daerah Lain
Pesatnya perkembangan Islam
di Indonesia ini antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
Untuk
memeluk Islam sangat mudah.
b.
Para
dai dalam menyampaikan Islam sangat menarik dan simpatik.
c.
Para
dai juga memiliki keistimewaan melalui ajaran tasawuf.
d.
Kewajiban
dakwah dibebankan kepada setiap muslim.
e.
Ajaran
Islam sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia .
f.
Islam
tidak membedakan manusia berdasarkan kasta/gelar.
Secara umum perkembangan Islam di
Indonesia sampai dengan munculnya kerajaan Islam dapat dikelompokkan melalui
tiga fase, yaitu:
a.
Persinggahan
para pedagang Islam di kepulauan Nusantara.
b.
Adanya
komunitas muslim di kepulauan Nusantara.
c.
Berdirinya
kerajaan Islam di kepulauan Nusantara.
Adapun
jalur masuknya Islam ke Indonesia
dapat dilakukan melalui jalur sebagai berikut:
a. Melalui Perdagangan
Islam disebarkan di seluruh Nusantara
melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh para saudagar Muslim dari Arab , Persia ,
dan Gujarat . Dalam sebuah misi perdagangan
biasanya diikuti para ulama yang bertujuan menyebarkan dakwah Islam. Keberadaan
ulama tersebut sangat penting, karena selain berdakwah mereka bertugas membina
mental rombongan pedagang.
b. Melalui Perkawinan
c. Melalui Pendidikan
Islamisasi yang dilakukan melalui lembaga
pendidikan terutama pondok pesantren dilakukan oleh para kiai dan ulama dalam
mencetak kader dai yang handal dalam menyebarkan Islam. Selain itu, kader-kader
santri tersebut kemudian mampu mendirikan pesantren ditempat asal mereka.
d. Melalui Tasawuf
Pengajaran tasawuf yang dilakukan oleh
para dai dan sufi dapat menarik simpati masyarakat sehingga dapat mempercepat
perkembangan Islam. Pendekatan dakwah para sufi cenderung moderat, sehingga
dapat mudah diterima orang-orang yang baru mengenal Islam.
e. Melalui Kesenian
Pendekatan persuasive yang dilakukan para
wali dalam mengislamkan masyarakat sering menggunakan kesenian sebagai media
dakwah. Kesenian yang digunakan sarana dakwah disesuaikan denga budaya
setempat. Dengan demikian secara perlahan ajaran Islam mempengaruhi budaya dan
mengubah keyakinan dan perilaku masyarakat.
f.
Melalui
Politik
Setelah masuk Islam para adipati dan raja
banyak menempatkan para ulama sebagai penasihat dan hakim sehingga dapat
mempercepat penyebaran Islam. Para ulama
tersebut banyak member nasihat yang sangat mempengaruhi kebijakan raja.
Peran Umat Islam di Indonesia
Dengan adanya keimanan
kepada Allah swt pada diri umat Islam yang sudah ada sejak abad VIII M, bangsa
Indonesia sudah mengenal adanya sistem kenegaraan, seperti adanya kerajaan
Majapahit, Mataran dan kerajaan Islam lainnya di Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku menjadi modal untuk menghadapi musuh-musuhnya, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar.
1. Peran
umat Islam pada masa penjajahan dan kemerdekaan
Penjajah di manapun berada
merupakan suatu tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Hal ini sangat
bertentangan dengan ajaran Islam yang penuh dengan kesetaraan dan persamaan.
Dari sinilah bangsa Indonesia merumuskan kalimat dalam pembukaan UUD 1945
alinea pertama bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Semangat nasionalisme yang
ditandai dengan lahirnya organisasi kepemudaan, seperti Jong Indonesia (pemudia
Indonesia), pada tahun 1927 M, Jong Sumatera, Jong Java, dan Jong Madura yang
dideklarasikannya pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 menunjukkan betapa
pedulinya para pemuda (khususnya Islam) pada saat itu.
Dengan semangat ini,
tujuan umat Islam adalah bagaimana penjajah harus meninggalkan tanah pertiwi.
Semagat ini terus dibangun dan disebarluaskan ke berbagai pelosok nusantara
sehingga menjadi suatu keyakinan yang bulat untuk mengusir penjajah, baik
Portugis, Belanda, ataupun Jepang.
Secara orginisatoris,
organisasi Islam yang mempunyai peran dalam masa ini adalah Syarekat Dagang
Islam (SDI) yang didirikan di Kota Solo pada tahun 1905 M oleh Haji Samanhudi
dan Mas Tirta Adisurya. Kemudian pada tahun 1912 M, SDI dirubah namanya menjadi
Syarekat Islam (SI) atas usulan Haji Omar Said Cokroaminoto.
2. Peran
umat Islam pada masa pembangunan
Peran umat Islam pada masa pembangunan
menjadi dua macam:
a.
Peran organisasi Islam dalam masa
pembangunan
Organisasi Islam yang paling
menonjol atau besar di Indonesia
pada masa pembangunan sekarang adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
1)
Muhammadiyah,
didirikan pada tanggal 18 November 1912 M di Kota Yogyakarta oleh KH. Ahmad
Dahlan. Organisasi ini sejak berdiri pada zaman penjajahan sampai sekarang
tetap konsisten dengan tujuan semula, yaitu; bergerak dalam bidang social dan
keagamaan. Wujud gerakkannya adalah ikut mensejahterakan rakyat dengan
mendirikan sekolah umum dan agama, panti asuhan, rumah-rumah fakir miskin,
perpustakaan, masjid, dan Rumah Sakit.
2)
Nahdlatul
Ulama (NU), didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya . Pendiri organisasi ini adalah KH.
Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah. Tujuan awal didirikan NU adalah
bergerak dalam bidang social keagamaan, yaitu dengan mendirikan madrasah,
pesantren, masjid, mushala, dan majelis-majelis taklim.
Melihat kiprah dua
organisasi ini, perkembangan Islam di Indonesia pada masa pembangunan tetap
eksis, yaitu membantu mengentaskan kemiskinan dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam ilmu agama.
b.
Peran lembaga-lembaga Islam dalam
pembangunan
Peranan lembaga-lembaga Islam dalam
pembangunan seperti:
1)
Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam tertua di Indonesia .
Lembaga ini dipimpin oleh seorang Kyai dan muridnya adalah Santri. Santri yang
datang dari berbagai pelosok daerah menyatu untuk mempelajari agama. Setelah
mendapat ilmu banyak, tugas mereka adalah mengamalkan ilmu tersebut sebagai
bukti mengisi dan mengabdi kepada bangsa dan Negara dalam pembangunan nasional.
2)
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Berdirinya MUI telah diresmikan pada
tanggal 21 juli 1975 oleh pemerintah. Walaupun lembaga ini kurang diminati oleh
para ulama (khususnya pesantren) pada masa silam karena condong membela
pemerintah Orde Baru. Sekarang, keberadaanya semakin eksis di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia .
Berbagai fatwa telah dikeluarkan dalam koridor hokum Islam sehingga masyarakat
Islam merasa terayomi hak-haknya.
Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
Hikmah yang dapat
diperoleh dengan mempelajari sejarah perkembangan Islam di Indonesia antara
lain:
1)
Mengetahui
dan memahami perkembangan Islam di Indonesia.
2)
Mengetahui
dam memahami perkembangan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
3)
Menjadi
cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik.
4)
Mempelajari
sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik.
5)
Menghargai
kerja keras para pahlawan agama (Islam).
KESIMPULAN
Awal masuk Islam di Indonesia
terdapat banyak perbedaan pendapat. Namun, pendapat paling banyak dianut adalah
berdasarkan hasil seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang disimpulkan pada
abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada kenyataan, bahwa sejak abad ke-7
Masehi sudah terjadi kontak perdagangan yang dilakukan oleh saudagar-saudagar
Muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat yang selalu pulang pergi di Kepulaun
Sumatera, bahkan mereka menetap dan menikah dengan penduduk pribumi.
Cara masuk Islam ke
Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1) Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan
perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi
social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).
2)
Pembentukan masyarakat Islam dari
tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat
(J.C. Van Leur).
3)
Gerakan Dakwah, melalui dua jalur
yaitu:
a. Ulama keliling menyebarkan agama
Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu
ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai
sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Islam berkembang pertama kali di Sumatera
di daerah NAD (Nanggro Aceh Darussalam) akibat dari persinggahan dan
perdagangan saudagar-saudgar dari Arab , Persia dan Gujarat .
Disinilah Islam muali berkembang, hal ini dibuktikan dengan berdirinya kerajaan
Islam yang pertama kalinya di Indonesia yaitu pada tahun 1261 M di Lhokseumawe
Aceh Utara dengan rajanya yang bernama Merah Silu yang bergelar Al Malik Al
Shalih.
Di pulau Jawa perkembangan
Islam diakibatkan oleh para ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Songo dengan
pusat perkembangan Islam berada di Demak. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya
kerajaan Demak dengan Candrasengkala (Geni mati Siniram Janmi; tahun 1478).
Perkembangan Islam yang disebarkan dari
kerajaan Malaka ternyata bukan hanya di Pulau Jawa, melainkan ke daerah-daerah
lain di seluruh Nusantara. Misalnya, di Banjar, Kalimantan Selatan berdiri
kerajaan Islam dengan rajanya yang bernama Pangeran Samudera. Selain itu, di
Kalimantan Timur berdiri kerajaan Kutai dengan rajanya bernama Raja Mahkota.
DAFTAR PUSTAKA
1)
Thoifuri,
Suci Rahayu. 2007. Pendidikan Agama Islam
untuk SMA Kelas XII. Jakarta :
Ganeca Exact.
2) Ilmy,
Bachrul. 2004. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII. Bandung : Grafindo Media
Pratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar